Kepala tegak, tangan mengepal. Begitukah caramu untuk terus berusaha di
tengah ketidak berdayaanmu? Sungguh berat hidup ini bukan? Tak pernah sedikitpun
aku membayangkan semua ini harus kuhadapi. Kekosongan, kesedihan dan kerapuhan
batin yang aku rasakan tak akan pernah bisa kembali memberiku cara untuk
kembali melengkungkan bibirku ke atas.
Kemarin aku tersudut di ujung pematang sawah. Membuatku berpikir
haruskah aku seberangi sungai deras di hadapanku dan melanjutkan petualanganku?
Ataukah aku harus berhenti di titik itu dan kembali ke dalam kehidupan yang
membodohiku?
Saat aku melangkahkan kakiku menuju aliran sungai itu, semua memori yang tersimpan rapi di dalam otakku kembali terbuka. Semua kebodohan yang telah aku lakukan bersama mereka seakan tereka ulang di hadapanku dan membuatku terhenti untuk melangkahkan kaki yang mulai rapat. Berat meninggalkan semua yang telah ada di hidupku selama ini. Tetapi, haruskah aku kembali ke dalam kehidupan yang selalu membodohiku selama ini? Batinku terguncang, laksana hanyut terbawa ombak samudra, lalu mati. Lama ku terdiam di ujung pematang sawah itu. Untuk kesekian kalinya aku dibuat bodoh oleh hidupku sendiri. Oh Tuhan yang jauh di sana, apakah salahku terlalu besar di hadapanMu? Semakin lama aku terdiam, semakin deras pula cambuk kehidupan menghantamku.
Saat aku melangkahkan kakiku menuju aliran sungai itu, semua memori yang tersimpan rapi di dalam otakku kembali terbuka. Semua kebodohan yang telah aku lakukan bersama mereka seakan tereka ulang di hadapanku dan membuatku terhenti untuk melangkahkan kaki yang mulai rapat. Berat meninggalkan semua yang telah ada di hidupku selama ini. Tetapi, haruskah aku kembali ke dalam kehidupan yang selalu membodohiku selama ini? Batinku terguncang, laksana hanyut terbawa ombak samudra, lalu mati. Lama ku terdiam di ujung pematang sawah itu. Untuk kesekian kalinya aku dibuat bodoh oleh hidupku sendiri. Oh Tuhan yang jauh di sana, apakah salahku terlalu besar di hadapanMu? Semakin lama aku terdiam, semakin deras pula cambuk kehidupan menghantamku.
Deru sungai semakin deras terdengar di telinga, membuatku semakin ragu
untuk melewatinya. Jauh di seberang sungai, ku lihat keindahan yang tak pernah
aku bayangkan kecantikannya. Aku ingin ke sana, memulai kembali lembar hidup yang
baru di tempat yang baru dan yang lebih indah untukku. Tapi nyaliku tak cukup
bersatu untuk mendampingiku menyeberangi sungai deras di hadapanku. Aku seakan
terpaku di ujung pematang sawah itu. Aku tak berani menghadapi sungai deras itu
tetapi aku juga tak akan pernah kembali ke dalam kehidupan yang selalu
membodohiku. Biarlah, aku akan tetap di sini, di ujung pematang sawah ini dan
akan kutunggu seseorang dari seberang sana melemparkan tambangnya untuk membantuku
seberangi sungai deras ini meski sampai ajalku datang menjemput.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar