Senin, 26 November 2012

SEMPU IS SEMPURNA


Tahukah kalian tentang Pulau Sempu? Mungkin sebagian dari kalian ada yang tidak tahu apa dan di mana Pulau Sempu itu. Tapi bagi kalian suka dengan kehidupan alam terbuka seperti camping atau tracking, pasti sudah tidak asing dengan pulau ini. Pulau yang mempunyai keindahan yang luar biasa meskipun tidak mudah untuk mencapainya. Tidak hanya tenaga, tapi mental juga sangat teruji di sini. Memang medannya tidak se-ekstrim jalur pendakian gunung, tapi suasananya sama seperti kita sedang mendaki gunung. Terus apa indahnya Pulau Sempu?



Pulau Sempu terletak di Selatan Pulau Jawa, tepatnya di sebelah selatan Kabupaten Malang Jawa Timur (TPI Sendang Biru). Pulau ini tidak berpenghuni dan masuk ke dalam kawasan konservasi. Suasananya masih alami dan tenang. Sangat mudah sebenarnya menuju ke Pulau Sempu. Tinggal sewa angkot dari terminal Arjosari atau terminal Gadang sebesar Rp 250.000 (Februari 2012), kita sudah bisa menuju TPI Sendang Biru yang merupakan pintu gerbang menuju Pulau Sempu. Sisanya ya sewa kapal aja menuju Pulau. Sempu nya.

Saya ingin sedikit cerita mengenai pengalaman saya berpetualangan di Pulau Sempu. Awal cerita di mulai ketika saya sudah menyelesaikan UAS saya. Ya otomatis saya dapet libur dong. Liburan yang tidak terlalu lama itu saya gunakan untuk mengunjungi Pulau Sempu yang belum saya kunjungi sebelumnya. Saya tidak sendiri waktu itu. Saya di temani 3 orang teman saya (Theroe, Izhan dan Danang). Setelah pulang UAS, kami berempat langsung bersiap untuk berangkat ke Malang menggunakan Kereta Api Malabar jurusan Bandung-Malang. Tidak ada yang istimewa di dalam kereta karena semua pada tidur. Maklumlah semalam sebelumnya kami begadang. Sesampainya di Malang, kami langsung menaiki angkot menuju Arjosari. Kenapa Arjosari? Ya karena memang kami tidak berencana langsung menuju Pulau Sempu, melainkan mampir dulu di rumah orang tua saya yang berada di Kabupaten Lumajang. Sampai di Arjosari, kami pun mencari warung makan untuk mengisi perut yang sudah mulai meronta. Setelah selesai sarapan, kami melanjutkan perjalanan menggunakan bus menuju Lumajang. Sesampainya di rumah orang tua saya, kami pun langsung mandi dan makan lagi. Sisanya ya dibuat tidur lagi. hehe.. Keesokan harinya, saya mengajak teman-teman saya mengunjungi Pantai Tanjung Papuma di Kab. Jember. Ya buat pemanasan sebelum ke Sempu lah. Kamipun bermain seharian di Pantai Tanjung Papuma tersebut. Setelah puas, kamipun pulang dan mampir ke Kota Lumajang untuk ngopi dan cuci mata.

Keesokan hari setelah Tanjung Papuma, petualangan kamipun dimulai. Dengan menggunakan bus umum, kami berangkat menuju Malang yang kami jadikan sebagai starting point. Di Malang, kami mempersiapkan segala kebutuhan mulai tenda, sleeping bag, carrier hingga logistik untuk menyokong kehidupan kami di sana. Kami berencana untuk hidup tiga hari dua malam di sana. Setelah semua siap, kami langsung menaiki angkot jurusan Gadang. Sampai di Gadang, kami langsung mencari angkot untuk disewa menuju Sendang Biru. Setelah bernego sengit, akhirnya kami mendapatkan angkot yang bersedia mengantar kami dengan biaya Rp 250.000. Dan perjalanan pun dimulai.

Sekitar 2 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di Sendang Biru. Ketika akan membayar angkot, ada masalah yang melanda kami. Kami baru sadar bahwa kami lupa untuk mengambil uang di ATM. Sedangkan di kantong, kami hanya membawa uang sekitar Rp 300.000. Matilah kami saat itu. Seakan mimpi kami buyar untuk bisa menikmati keindahan Sempu. Kamipun melakukan segala cara, mulai dari nego dengan sopir angkot sampai membongkar barang-barang kami sambil berharap ada uang yang terselip. Tapi semuanya sia-sia. Sopir angkot nggak mau dibayar saat kami pulang dan kami tidak menemukan uang yang terselip. Kami semua pasrah menunggu keajaiban dari Tuhan. Tidak lama kemudian, saya dipanggil oleh sopir angkot kami yang sedang enaknya menikmati semangkuk bakso. Saya bernego lagi sama sopirnya dan tidak berhasil lagi. Sayapun duduk di samping sopir angkot sambil berpikir bagaimana cara kami ke Sempu. Saat saya akan menyalakan rokok saya, ada seseorang yang memanggil saya dari belakang. Alamak, ternyata ada sepupu saya yang lagi duduk santai di atas motornya. Kemudian saya menghampirinya dan ngobrol-ngobrol. Ya inti ngobrolnya sih tanya kabar dan pinjem uang. hehe.. Setelah saya menggenggam uang pinjaman itu, saya langsung membayar angkot. Kemudian saya menghampiri teman-teman saya dan langsung menyuruh mereka bersiap berangkat ke pos untuk melapor. Mereka bertanya-tanya. Tapi saya menunda untuk menjawab pertanyaan mereka karena waktu semakin sore. Kamipun langsung melapor ke pos pengawas dengan mengisi form data diri serta membayar uang sumbangan.

Setelah melapor, kami langsung berangkat menuju Pulau Sempu. Kami menemui pemilik kapal untuk mengantar kami ke Pulau Sempu. Setelah terjadi kesepakatan antara saya dan pemilik kapal, tepat pukul 15.30 akhirnya kami menyeberang. Lega rasanya sudah semakin dekat dengan tujuan kami. Selang sepuluh menit menyeberang, kami akhirnya menapakkan kaki kami di tepian Pulau Sempu untuk pertama kalinya. Tapi tujuan kami bukan hanya di situ. Kami kemudian menyusuri hutan untuk menuju Laguna, sebuah danau air asin yang posisinya berada di ujung selatan Pulau Sempu. Sekitar 2 jam menempuh perjalanan yang berat karena jalurnya becek akibat guyuran hujan, kami akhirnya sampai di tujuan utama kami. Betapa puasnya kami saat itu. Kami langsung berlari menuju air dengan carrier yang masih di punggung. Kami bermain seperti anak kecil saat itu. Tidak lama kemudian, kami langsung memilih tempat untuk mendirikan tenda. Kami memilih tempat paling pojok dan dekat dengan bukit karang. Setelah tenda berdiri, kami langsung menata barang bawaan kami dan bersiap untuk memasak serta bikin beberapa gelas kopi. Nikmatnya saat itu. Pada malam harinya, kami hanya berbincang-bincang sambil menikmati keindahan langit penuh bintang serta nyanyian deru ombak yang memecah kesunyian malam itu. Malam semakin larut dan satu-persatu dari kami pamit tidur (termasuk saya). Di luar hanya menyisakan si Theroe yang masih asik bermain api, menghisap rokok serta menikmati kopi buatannya.

Pada pagi harinya, kami bangun pagi sekali (beda kalo pas kuliah). Kami menikmati udara pagi dan air danau yang meninggi. Hal utama yang kami lakukan saat itu adalah membuat kopi hangat dan menikmatinya di tepian danau. Saat itu banyak pengunjung yang mulai berkemas untuk pulang. Jadinya ya tempat itu seperti milik kami berempat. hehe.. Kami menghabiskan waktu kami seharian untuk berenang, mencari ikan dan bermain pasir. Di tengah-tengah keasyikan kami, ada sebuah kelompok yang baru tiba. Padahal seingat saya, mereka berangkat tepat di belakang kami kemarin harinya. Sayapun berkenalan dengan mereka dan sedikit ngobrol-ngobrol. Ternyata mereka menginap di tengah hutan karena ada salah satu dari mereka diserang serangga. Untung kami diberi kelancaran pada saat berangkat. Sore harinya, ada yang mengganggu kesenangan saya. Ternyata kulit pundak saya terbakar akibat seharian terkena sinar matahari. Rasanya sangat panas dan perih saat memakai baju. Hal ini juga dirasakan oleh teman-teman saya. Tapi tak apalah, yang penting kami senang. Malam hari telah tiba. Bulan dan bintang mulai menghiasi angkasa serta air danau yang semakin mendekati tenda kami karena waktu pasang air laut sudah tiba. Kami menghidupkan lampu minyak kami dan memasak untuk makan malam. Setelah makan, beberapa orang dari kelompok tadi datang dan ikut bergabung untuk sekedar menikmati kopi. Tak terasa dua jam kami ngobrol. Mereka kemudian pamit untuk kembali ke tenda mereka. Hanya tersisa kami berempat. Kami terdiam untuk sekedar merenung akan ciptaan Tuhan ini. Tak ada hentinya saya mengucap syukur telah diizinkan untuk menikmati salah satu keindahan ini. Saya pun sadar bahwa malam itu adalah malam terakhir kami. Esok pagi kami sudah meninggalkan tempat indah itu. Sayapun berkeinginan untuk tetap terjaga sampai pagi agar saya dapat menikmati malam itu lebih malam. Dan itu saya lakukan bersama ketiga teman saya.

Tak terasa, pagi telah tiba. Kamipun langsung bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Kami membongkar tenda dan memasukkan barang-barang kami ke dalam carrier. Setelah itu, kami bersama kelompok lain mulai meninggalkan tempat itu. Berat rasanya. Tapi saya juga tak bisa untuk tetap di sana. Perjalanan pulang ini lebih mudah dan cepat daripada saat kami berangkat. Selain jalur yang kering dan barang bawaan yang berkurang, kami sudah memahami jalur untuk kembali ke tepian Pulau Sempu. Sekitar sejam kami jalan, akhirnya kami sampai di tepian dan menelpon pemilik kapal untuk menjemput kami. Tak lama kemudian, kapal penjemput pun tiba. Sesampainya di Sendang Biru, kami langsung melapor ke Pos Pengawas dan menunggu angkot jemputan datang. Sembari menunggu, kami berempat membersihkan diri dengan mandi di kamar mandi umum di sana. Sekitar pukul 11.00, angkot kami tiba dan kami pun pulang.

Pengalaman yang sangat hebat buat saya pribadi. Pengalaman pertama saya ke Pulau Sempu. Selalu terngiang di pikiran saya bagaimana saya menuju ke sana dengan susah payah. Mulai dari waktu persiapan yang sempit serta tanpa rencana yang matang. Tapi semua itu terbayarkan dengan keindahan siang dan malam di sana. Di sana saya menemukan ketenangan yang luar biasa saat malam hari. Ketenangan itu membuat saya melupakan semua keributan hidup saya. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa saya utarakan untuk menggambarkan suasana hati saya saat itu. Yang jelas tidak berlebihan jika saya bilang bahwa SEMPU IS SEMPURNA..!!. (ATY)










2 komentar:

  1. Just came back from Sempu and Bromo last weekend, it was simply paradise on earth. The muddy terrain on Sempu was really difficult though - i fell a few times during the trek but the swim in Segara Anakan made it all worth it.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. i've told you that Sempu is kinda Paradise. But, I curious about the rubbish there. is Sempu clean or worse? Cause I heard that Sempu is so dirty now. Is that true?

      Hapus