Saat berbicara mimpi, aku sering bingung sendiri
apa sih mimpiku ini sebenarnya. Bukannya aku tak punya mimpi, tapi mimpiku
terlalu banyak sampai aku bingung memilah mana yang terbaik. Suatu waktu, aku
sempat di buat pusing dengan mimpiku sendiri. Aku bingung mau dibawa ke mana
hidupku yang singkat ini. Sempat terpikir bahwa aku akan berkeliling Indonesia
mulai dari tiap sudut kecilnya sampai tempat yang memang "besar" di
mata dunia. Tapi aku selalu memikirkan keterbatasan waktu dan biaya milikku.
Dan sempat ku ganti mimpiku untuk menjadi ahli logistik di masa mendatang. Tapi
lagi-lagi aku terbawa ke angan kelamku. Selalu aku memikirkan hal jelek yang
akan terjadi nanti. Kenapa aku selalu memikirkan kegagalan? Apakah nanti aku
akan menjadi pribadi yang gagal? Entahlah. Setahuku, sampai saat ini aku masih
memiliki kehidupan yang penuh warna. Meskipun aku masih bingung akan tujuanku
hidup sebenarnya. Dan kedua skenario mimpiku di atas tadi masih aku jalani. Aku
masih tetap kuliah di jurusan logistik dan aku masih juga doyan traveling. Yang
jadi acuanku sekarang adalah pepatah kuno yang memang selalu benar menurutku.
"Masa lalu adalah pelajaran, masa depan adalah misteri dan masa kini
adalah realita."
Jumat, 22 November 2013
SHOCKING MOMENT EVER
Sabtu, 26 Oktober 2013
menjadi malam minggu penuh pilu bagiku bahkan seluruh keluargaku. Malam yang
seharusnya menjadi malam penuh canda tawa serta kehangatan keluarga berubah
menjadi malam sejuta air mata. Sabtu, 26 Oktober 2013, entah aku harus cerita
dari mana. Saat aku menulis ini pun, air mata tak bisa ku tahan lajunya. Malam
itu, aku terdiam, merenung, mengenang dan menangis. Langit kelam seakan enggan
pergi dari batin dan pikiranku. Laksana hidup di tengah kesedihan. Akupun larut
di dalamnya. Semua kenangan, semua tawa, semua pesan terus menerus bergulir di
pikiranku. Kenapa hal itu mesti terjadi?
Kamis, 21 November 2013
GAMBIR
Sinar sang surya pagi
menghangatkanku di sudut stasiun gambir. lalu lalang kendaraan terus menerus
nampak di mataku. Sesekali terdengar suara klakson kereta api membangunkan
lamunanku. Oh stasiun gambir.
Pagi ini, aku sendiri
menatap hidup dan kali ini aku tak sengaja ada di tanahmu, stasiun gambir.
Terima kasih atas kesudianmu untuk menjadi temanku pagi ini di kala kereta itu
meninggalkanku.
Jakarta, 17 Oktober 2013
TANPA SADAR
Sore kelabu menemani
langkah kaki yang rapuh menuju kursi tua itu. Ku sandarkan raga ini sembari
berasap. Dari serambi ini kupandangi setiap jengkal makhluk hidup di hadapanku.
Tak menarik memang. Tapi aku tak punya pilihan lain.
Lima belas tahun
belakangan, inilah hal terasyik dalam hidupku. Menyendiri ditemani sepi.
Terkadang angin sore datang menyapa. Terkadang pula air hujan datang
berkunjung. Di mana orang-orang? Itu pertanyaan tersulit yang pernah aku
dengar. Entahlah di mana mereka. Andai saja kau bertanya lima belas tahun yang
lalu, aku pasti akan menjawabnya. Entah mengapa semua pergi meninggalkanku. Apa
salahku kepada mereka sampai menengokku pun tak sudi. Lima belas tahun yang
lalu, aahh, apa yang telah terjadi?
Kenapa aku dicampakkan?
Kenapa aku tak dihiraukan? Kenapa aku terkubur?
Argo Parahyangan, 11 Oktober 2013
Langganan:
Postingan (Atom)